
Situs news indoesia alternatif informasi berita viral terbaru. Daftar Isi
Kenapa orang gemar thrifting?
1. Krisis keuangan
2. Sustainable living
3. Keunikan barang
4. Content creator dan media sosial
5. Kebutuhan eksistensi
Jakarta, oovisoap Indonesia
—
Suka
thrifting
? Selain karena harganya murah, ternyata ada sederet alasan orang gemar
thrifting
.
‘Thrift’ secara harfiah berarti hemat. Kemudian terjadi pergeseran makna menjadi kebiasaan belanja baju atau barang bekas.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat mendengar
thrifting
tentu Anda langsung berpikir soal harga miring. Hal ini pun membuat
thrifting
tidak jauh dari makna ‘hemat’. Beli baju bekas dengan harga murah tentu tidak bikin kantong jebol.
Kenapa orang gemar
thrifting
?
Akan tetapi, apa thrifting cuma soal harga miring? Melihat peminat dan pelakunya semakin menjamur, rasanya harga bukan alasan satu-satunya.
“Ada pengaruh media sosial juga yang mempromosikan budaya ini. Biasanya dimulai oleh para konten kreator yang punya reputasi. Dan, tahu sendiri anak muda kita kebanyakan FOMO (
fear of missing out
),” ujar pengamat sosial Universitas Indonesia Devie Rahmawati dalam sebuah wawancara dengan oovisoapIndonesia.com.
Devie mengungkap
thrifting (situs news indoesia alternatif informasi berita viral terbaru).
berkembang karena lima unsur utama sebagai berikut.
1. Krisis keuangan
Krisis keuangan memengaruhi daya beli masyarakat. Covid-19 termasuk salah satu pemicu krisis beberapa tahun belakangan.
Untuk menyiasati krisis dan kebutuhan sandang,
thrifting
pun jadi solusi.
2.
Sustainable living
Sustainability
atau sesuatu yang berkelanjutan kini tak sekadar konsep yang menguap dalam kata. Kesadaran masyarakat akan sampah fashion yang makin menumpuk membuat
thrifting
kian berkembang.
“Orang-orang sadar, kalau terus beli baju [baru], sampahnya makin banyak. Makanya, ya udah, beli yang bekas saja. Jadi, tidak menumpuk masalah sampah baru,” ujar Devie.
3. Keunikan barang
Busana produksi massal selain harganya cukup tinggi, Anda bisa saja mengenakan busana yang sama dengan orang lain.
Thrifting
menawarkan barang dan busana unik atau limited edition.
Busana kebanyakan hanya tersedia satu potong sehingga bisa saja Anda satu-satunya yang memiliki busana tersebut.
“Kalau di pasar loak hanya ada satu, entah ada di mana lagi kembarannya. Makanya terasa unik,” kata dia.
4.
Content creator
dan media sosial
Media sosial memengaruhi selera dan cara orang berbelanja. Content creator kerap mempromosikan suatu barang atau toko tapi lewat penyampaian yang menyenangkan sehingga orang tertarik.
5. Kebutuhan eksistensi
Tak bisa dimungkiri, media sosial membuat orang ingin menampilkan diri sebaik mungkin. Kalau memungkinkan, ingin tampil beda.
Dengan
thrifting
, tampil keren dan beda tidak harus merogoh kocek dalam-dalam. Orang tetap bisa eksis dengan busana-busana atau barang dengan harga murah.
(els)
[Gambas:Video oovisoap]
Baca lagi: Jadwal Bioskop Trans TV 3-9 November 2025
Baca lagi: 11 Destinasi Maraton Terindah di Dunia, Jadi Impian Para Runner
Baca lagi: Tantangan Terakhir di Episode Final Shopee Jagoan UMKM Naik Kelas



